Minggu, 26 Februari 2012

suplementasi pangan


Tujuan Peningkatan Kadar dan Mutu Gizi Pangan

Bahan dasar, utamanya yang baru dipetik akan tetap melaksanakan fungsi fisiologisnya antara lain seperti respirasi. Kegiatan yang sama seperti  masih melekat dengan induknya. Pemanenan akan menyebabkan suplai yang melalui penyerapan  akar terputus. Oleh karena itu akan cepat sekali rusak, yang dapat menyebabkan nilai gizinya berkurang. Laju proses kerusakan akan dapat cepat atau lambat, tergantung pada beberapa faktor. Kadar air yang tinggi pada bahan segar dinilai menyebabkan kerusakan yang cepat. Kandungan air yang tinggi akan memacu proses biologis yang dapat meneyebabkan kerusakan seperti pada sayuran dan daging. Berbeda dengan biji-bijian yang dalam keadaan kering akan tahan terhadap kerusakan, bahkan dapat disimpan sampai lebih daripada satu tahun.
Berbagai vitamin juga akan cepat rusak setelah dipanen, terutama vitamin C.  Vitamin A akan cepat teroksidasi, begitu pula @-tokoferol atau vitamin E. Vitamin D peka terhadap oksigen dan cahaya.
Proses pengolahan itu sendiri akan dapat mengurangi nilai gizi bila dibandingkan dengan keadaan segar. Makin banyak tingkat pengolahan nilai gizi akan semakin banyak berkurang. Demikian pula kalau makin lama diolah.
Jazat renik, kegiatan yang bersifat enzimatis, serta perubahan kimia dalam bahan hasil pertanian merupakan penyebab utama kerusakan. Jazat renik tetap dianggap merupakan penyebab susut utama, baik kualitas, maupun kuantitas  bahan hasil pertanian. Kegiatan enzimatis akan berlangsung pada kandungan air yang tinggi, serta suhu yang cocok untuk kegiatan suatu enzim. Reaksi kimia akan berlangsung pada kadar air yang tinggi.
Faktor suhu sangat penting dalam menyebabkan kerusakan pangan. Sesuai dengan hukum vant’ Hoff, bahwa kenaikan suhu 10 °C akan menyebabkan reaksi berlipat dua kecepatannya, tetapi akibat pengerusakannya bisa lebih, misalnya pada sayur dan buah-buahan  sampai 2,5 kali.
Berdasarkan pola pikir di atas, maka langkah awal dalam pengawetan, yang juga termasuk pengolahan bahan pangan hasil pertanian ialah memanipulasi keadaan sekitar agar tidak cocok untuk ketiga penyebab utama di atas.  Kadar air yang rendah akan diperoleh dengan pengeringan atau cara lainya yang akan ditulis kemudian.
            Peningkatan nilai gizi bahan makanan dengan cara suplementasi dan fortifikasi dilakukan karena dua macam alasan. Yang pertama disebabkan karena bahan makanan tersebut secara alami defisien akan suatu zat gizi tertentu. Yang kedua adalah karena bahan makanan tersebut kehilangan suatu zat gizi akibat proses pengolahan. Selain alasan tersebut,  digunakan pula untuk meningkatkan konsumsi suatu zat gizi tertentu oleh masyarakat. Sebagai contoh, garam dapur yang mengandung iodium.
            Akibat dari pemrosesan pangan yang lebih lanjut dapat mengurangi nilai gizi yang terkandung.  Salah satu cara untuk meningkatkan nilai gizi bahan makanan adalah melakukan penambahan (zat-zat) gizi yang defisien, misalnya protein, asam amino, lemak atau mineral, dan bahan makanan, kedalam bahan makanan tersebut sehingga kadarnya akan meningkat.
Jenis dan cara peningkatan mutu gizi pangan
Penambahan zat-zat gizi kedalam bahan makanan dikenal dengan istilah fortifikasi (fortification) atau enrichment (memperkaya). Istilah lain yang sering digunakan dengan maksud yang sama adalah supplement (penambahan), restoration (restorasi, atau pemulihan kembali), dan sekarang banyak digunakan istilah baru yaitu nutrification (nutrifikasi) yang secara harfiah berarti mempergizi atau dengan kata lain meningkatkan nilai gizi.
1.      Suplementasi
Suplementasi harus dilakukan dengan memenuhi persyaratan tertentu. Untuk tujuan meningkatkan nilai gizi suatu bahan makanan, persyaratan yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut :
a.       Zat gizi yang ditambahkan tidak mengubah warna dan citrasa bahan makanan;
b.      Zat gizi tersebut harus stabil selama penyimpanan
c.       Zat gizi tersebut tidak menyebabkan timbulnya suatu interaktif negative dengan zat gizi lain yang terkandung dalam bahan makanan.
d.      Jumlah yang ditambahkan harus memperhitungkan kebutuhan individu, sehingga kemungkinan terjadinya keracunan (akibat over –dosis) dapat dihindarkan.

1.1  Suplementasi Protein
Efisiensi penggunaan protein atau mutu gizi suatu protein dapat ditingkatkan dengan cara menambahkan kepada protein yang kekurangan (defisiensi), sejumlah kecil protein lain yang kaya akan asam amino yang kadarnya rendah dalam protein yang defisien tersebut.
Contoh pada jagung, kelemahan kandungan jagung adalah asam amino esensialnya rendah . terutama lisin dan triptofan , itulah sebabnya mengapa mengunakan jangung yag tinggi harus diimbangi dengan penggunaan bahan lain sebagai sumber protein yang kandungan asam aminonya tinggi , seperti tepung kedelai.
      Metode yang biasanya digunakan adalah dengan cara menambahkan kepada suatu protein defisien yang jumlahnya ditingkatkan secara bertahap. Kemudian masing-masing campuran dievaluasi nilai gizinya (nilai PER) menggunakan tikus percobaan. Gambar 1.1 memperlihatkan contoh pengaruh penambahan tepung kedelai pada jagung. Tepung kedelai yang disuplementasi adalah sebanyak 0,4,8,12,16, dan 20 % (Bressani, 1975).
     
Keterangan :
Asam amino
Tepung kedelai (%)
0
12
20
….(mg/16g N)….
Lisin
2,88
4,52
4,96
AAS (Met+Cys)
3,15
3,14
3,14
Triptofan
0,6
0,97
1,08
Kdr Prot (%)
6,44
12,32
16,24

Gambar 1.1 Pengaruh suplementasi tepung kedelai pada jagung terhadap nilai PER (Bressani, 1975).
Hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa dengan penambahan tepung kedelai terdapat kenaikan mutu protein jagung, yang mencapai maksimum pada penambahan tepung kedelai sebanyak 8 % (rasio jagung-kedelai = 9:1). Peningkatan nilai gizi tersebut disebabkan karena ditutupinya kekurangan lisin pada protein jagung contoh pengaruh penambahan tepung kedelai pada jagung.
1.2  Suplementasi serat makanan
Dewasa ini banyak diproduksi dan dipasarkan serat makanan dalam bentuk pil atau tablet, yang disebut supplement. Yang dimaksudkan dengan suplementasi serat makanan dalam buku ini adalah penambahan serat makanan dalam pengolahan suatu produk makanan, misalnya roti, biscuit, dan lain-lain, dengan tujuan untuk meningkatkan kadar seratnya.
      Karena fungsinya yang baik untuk kesehatan, serat makanan tidak lagi dianggap sebagai bahan non-esensial; the National Cancer Institute dan Federation of the American Societies for Experimental Biology di Amerika Serikat, menganjurkan konsumsi serat makanan ditingkatkan menjadi sekitar 20-30 g per hari (ncl, 1984;Pilch,1987)
      Selain dari buah-buahan dan sayuran, serat makanan dapat juga diperoleh dari limbah hasil pertanian misalnya dedak gandum, dedak padi (bekatul), dedak oats, ampas tahu, ampas kecap, dan lain-lain. Suplementasi serat makanan dapat dilakukan pada produk pangan seperti cookies, crackers, tortilla chips, fruit smack, exruded snack, pretzels, granola bars, dan produk pangan lainnya termasuk roti.
      Hasil penelitian Lynda Suzana (1992), menunjukkan bahwa suplementasi dedak padi (bekatul) yang telah distabilkan (dipanaskan dalam otoklaf) sebanyak 15 % dalam pembuatan roti manis, tidak mempengaruhi tingkat pengembangan roti; dan dapat meningkatkan kadar serat makanan menjadi dua kali semula (2,3 % menjadi 4,5 %). Selain itu, penambahan kadar niasin dalam roti, yang semula kadarnya sekitar 1,68 mg/100 g menjadi 2,24 mg/100g.
      Suplementasi dedak padi (15 %) dalam pembuatan biscuit, memerlukan penambahan tepung pisang (15 %) untuk menutupi bau yang tidak enak dari bekatul. Kadar serat makanan dalam biscuit dapat ditingkatkan lebih dari dua kalinya, yaitu yang semula kadarnya sekitar 3,6 % meningkat menjadi 8,8 %; sedangkan kadar niasin meningkat dari semula sekitar 0,66 mg/ 100 g menjadi sekitar 2,09 mg/ 100 g  (Lynda Suzana, 1992).
Produk
Bekatul atau rice bran adalah hasil samping penggilingan padi terdiri yang dari aleurone layerseed coat, dan germ (Gambar 1.2).  Ditampilkan alur proses pengolahan padi menjadi beras dan pada saat yang sama juga akan dihasilkan bekatul.  Bekatul merupakan produk samping penggilingan beras yang terdiri dari 10 persen dari total produk (Shih, 2003).  Jumlah produksi bekatul berbanding lurus dengan produksi beras, artinya di Indonesia yang mayoritas penduduknya menjadikan beras sebagai pangan pokoknya, sudah jelas kebutuhan akan beras setiap tahunnya meningkat, sehingga hasil samping bekatul pun jumlahnya semakin besar.

Gambar 1.2 Diagram alir proses pengolahan beras dan bekatul
Bekatul mengandung karbohidrat, protein, mineral, lemak, vitamin B kompleks (B1, B2, B3, B5, B6 dan B15) dan dietary fiber (serat pencernaan). Konsentrasi vitamin B15 per 100 gram bahan: rice bran (beras) 200 mg, jagung 150 mg, haverout 100 mg, wheat bran (dedak gandum) 30 mg. Bekatul mengandung karbohidrat cukup tinggi, yaitu 51-55 g/100 g. Kandungan protein pada bekatul juga sangat baik, yaitu 11-13 g/100 g. Zat gizi lain yang menonjol pada bekatul beras adalah lemak, kadarnya mencapai 10-20 g/100 g. Sumber mineral yang sangat baik, setiap 100 gramnya mengandung kalsium 500-700 mg, magnesium 600-700 mg, dan fosfor 1.000-2.200 mg. Bekatul juga merupakan sumber serat pangan (dietary fiber) yang sangat baik. Selain untuk memperlancar saluran pencernaan, kehadiran serat pangan juga berpengaruh terhadap penurunankadar kolesterol darah. (Prof.Dr.Made Astawan, Ahli Teknologi Pangan, Pengisi rubrik di Tabloid Gaya Hidup Sehat)
Untuk bisa menjadikan bekatul sebagai pangan yang food grade dan bisa awet, maka komponen penyebab kerusakan dari bekatul harus dihilangkan dan/atau dihambat.  Tetapi tetap harus menjaga komponen bio-aktifnya, agar tidak hilang atau meminimalisasi kehilangan.
Pada Gambar 1.3 ditampilkan pohon industri pemanfaatan bekatul.  Dengan proses stabilisasi menggunakan suhu dan waktu tertentu (pemanasan) akan dapat dihasilkan fiber ingredient dan proses ekstraksi yang selanjutnya dapat menghasilkan minyak dan bahan non-minyak.  Penggunaan bekatul di luar negeri (misalnya di Jepang atau USA) secara komersil diperoleh dengan mengekstraksi bekatul menjadi minyak goreng.  Selain itu telah digunakan dalam industri pangan, dimana bekatul dimanfaatkan sebagai bahan baku industri farmasi dan industri kecantikan.
  
Gambar 1.3. Pohon Industri Pemanfaatan Rice Bran (Modifikasi dari Cosmetic Ingredient Review Expert Panel, 2006)

Cara mengkonsumsi bekatul
Tepung bekatul dapat digunakan sebagai bahan subtitusi roti, cookies, dan minuman berserat.  Untuk dija-dikan sebagai penganan, bekatul dapat dicampur dengan bahan lain pada pembuatan biskuit, kue, produk breakfast cereal, dan lain-lain. Substitusi 15 persen bekatul padi dalam tepung terigu, dilaporkan membe-rikan hasil yang optimal penerimaan konsumen pada produk kue kering dan roti manis.
Pemanfaatan bekatul menjadi produk minyak bekatul (rice bran oil atau RBO) telah lama dilakukan di bebe-rapa negara maju, khususnya di Jepang dan Amerika Serikat. RBO merupakan salah satu minyak yang telah dijual di masyarakat umum.  Dalam betuk RBO digunakan dalam sebagai ingredien bahan pangan, seperti pada produk snacks (makanan rigan), pengolahan margarin, dan pengolahan mayonais. 
*Penulis: Dr. Ardiansyah, Laboratory of Nutrition, Graduate School of Agricultural Science, Tohoku University-Sendai, Jepang dan Departemen Gizi Masyarakat, FEMA-IPB.

ROTI RICE BRAN


alat:

  • oven
  • loyang
  • pisau dapur
  • sedok
  • mixer
  • baskom
  • timbangan
bahan:

  • tepung bekatul 250 gr
  • palme sugar 300 gr
  • kenari 150 gr
  • telur ayam 6 butir
  • margarin 150 gr
  • kulit lemon yg telah diparut 1/2 sdt
  • spekoek 1 sdt
  • terigu 300 gr
  • gula pasir 1 sdm
cara membuat:
  1. aduk margarin dengan mixer dan tambahkan sugar palme dan aduk hingga halus.
  2. masukkan kuning telur satu persatu dan terigu sedikit demi sedikit sambil terus di aduk dan tambahkan putih telur yg di kocok terlebih dahulu dengan gula pasir hingga kaku, aduk adonan hingga halus dan tambahkan spekoek dan parutan kulit lemon dan aduk hingga merata.
  3. tuangkan dalam loyang yg telah di olesi margarin dan di taburi terigu sedikit.
  4. tabrurkan potongan/irisan kenari pada bagian atas adonan yg telah berada di dalam loyang.
  5. panggang dengan suhu 180oC hingga matang.

Adapun cara pengolahannya yang sederhana sangatlah mudah. Bekatul bisa Anda buat menjadi panganan, jajan, biskuit, bubur dan sereal. Untuk pengolahan menjadi sereal ada dua macam yaitu sereal bekatul murni dan sereal campuran. Khusus untuk penyembuhan penyakit, terutama bagi Anda yang menderita kencing manis saya sarankan mengkonsumsi sereal bekatul murni.

Sedangkan sereal bekatul  yang ada di pasaran saat ini digolongkan menjadi lima jenis, yaitu:

1. Sereal tradisional, yaitu sereal yang dijual dipasaran dalam bentuk mentah dan yang telah diproses. Sereal dalam bentuk ini memerlukan pemasakan sebelum dikonsumsi dan umumnya disajikan selagi panas.

2. Sereal siap saji tradisional, yaitu sereal yang dijual dalam bentuk biji-bijian atau serbuk yang telah dimasak dan hanya memerlukan air mendidih untuk persiapannya.

3. Sereal siap santap (ready to eat breakfast cereal), yaitu produk sereal yang telah diolah dan direkayasa menurut jenis dan bentuknya yang siap dikonsumsi secara langsung.

4. Sereal siap santap campuran (ready to eat mix-cereal), yaitu produk sereal yang diolah bersama produk lain, seperti biji-bijian, kacangkacangan, dan atau buah kering.

5. Bermacam produk sereal sarapan lain yang tidak dapat dikatagorikan ke dalam keempat jenis di atas karena proses khusus dan atau kegunaan akhirnya. Contoh dari jenis ini adalah nugget sereal dan makanan bayi (weaning food).

Cara Pembuatan Bekatul dalam Bentuk Sereal

Salah satu upaya meningkatkan daya tarik masyarakat untuk memanfaatkan bekatul adalah dengan menyajikan bekatul dalam bentuk yang lebih dari biasanya seperti sereal. Proses pembuatan sereal bekatul instan secara garis besarnya ada dua macam yaitu sereal bekatul olahan campuran dan sereal bekatul murni.

Adapun cara pembuatan sereal bekatul campuran sebagai minuman yang nikmat rasanya demikian :
 1. Sediakan bahan dasar : bekatul, tepung maizena, tapioka, gula garam, vanila, coklat bubuk, susu bubuk
2. Dipersiapkan alat : mixer, drumdrier, autoclave, baskom, pengaduk
3. Telur, gula, garam dan vanila dikocok dan diaduk rata
4. Dimasukkan tepung maizena dan tapioka yang telah diayak.
5. Diaduk rata adonan, kemudian masukkan susu bubuk, coklat bubuk dan bekatul. Kemudian mixing dengan menggunakan mixer selama 30 menit.
6. Dimasukkan adonan ke dalam autoclave, dikukus pada suhu 100-120’C selama 1-2 jam.
7. Adonan dimasukkan ke dalam drum drier sedikit demi sedikit, maka akan terbentuk sereal bekatul dalam bentuk lembaran-lembaran kering.
8. Diremahkan sereal bekatul tersebut dengan penggerusan manual kemudian campur dan aduk rata dengan susu bubuk.
9. Sereal bekatul instan siap disajikan.
Adapun cara pembuatan sereal bekatul murni adalah demikian :

Sediakan serbuk bekatul secukupnya. Ayak sehingga diperoleh bekatul yang halus. Jemur dulu supaya kering. Kemudian goreng tanpa minyak seperti layaknya menggoreng kopi. Jika sudah masak ayak lagi sehingga betul-betul didapat sereal bekatul yang halus dan murni. Cara penyajiannya, seduh satu sendok makan penuh serbuk sereal bekatul ini dengan segelas air panas. Aduk - aduk. Jika sudah sejuk minumlah. Rasanya gurih agak sedikit kepahit-pahitan. Minumlah sehari dua kali padi dan sore hari.

Bahan Makanan Campuran (BMC)
Bahan Makanan campuran (BMC) adalah campuran bahan makanan dalam perbandingan tertentu, yang kadar zat gizinya tinggi (Departemen Kesehatan, 1979).
            Bahan Makanan Campuran dapat digunakan sebagai bahan makanan tambahan dalam menghidangkan makanan yang dikonsumsi sehari-hari, agar kecukupan zat gizi yang dianjurkan dapat terpenuhi. Untuk melengkapi kekurangan zat gizi yang terdapat dalam hidangan sehari-hari tersebut, Bahan Makanan Campuran harus diberikan dalam jumlah yang telah diperhitungkan (Hermana, 1976)  Lebih lanjut Hermana (1997) mengemukakan bahwa BMC dapat juga digunakan sebagai makanan bayi, sebagai pelengkap Air Susu Ibu (ASI) atau pengganti ASI, sebagai alat pendidikan gizi untuk menunjukkan susunan hidangan yang baik. Dapt juga sebagai bahan dalam pembuatan makanan jajajan (Widy  Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1983).
            Penyusunan komposisi zat gizi BMC disesuaikan dengan kebutuhan zat gizi golongan sasaran. Golongan sasaran yang dimaksud adalah anak balita, ibu hamil, ibu menyusui dan buruh kasar. Dengan demikian dalam penyusunan BMC perlu memperhatikan beberapa pertimbangan dasar (Hermana, 1976), yaitu sebagai berikut:
1.      Jenis keadaan gizi kurang yang akan ditanggulangi.
2.      Golongan rawan yang akan diberi BMC.
3.      Kemungkinan untuk memproduksi dan mendistribusikan BMC.
4.      Kemungkinan penerimaan konsumen terhadap BMC itu yang meliputi cita rasa, kesesuaian dengan pola dan kebiasaan makan.
Lebih lanjut Hermana (1997) mengatakan bahwa dalam penyusunan BMC harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1.      Bernilai gizi tinggi, berkadar energy dan protein tinggi.
2.      Merupakan sumber vitamin dan mineral.
3.      Dapat diterima dengan baik cita rasanya.
4.      Harga terjangkau oleh daya beli golongan sasaran.
5.      Dapat dibuat dari bahan-bahan makanan yang dihasilkan setempat.
6.      Daya tahan simpannya cukup selama waktu peredaran sampai dikonsumsi.
Dalam penyusunan BMC harus memperhatikan pola kecukupan asam amino menurut kelompok umur yang telah ditetapkan ole FAO/WHO/UNU (1980) yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Bahan makanan campuran dapat disusun dengan menggunakan dua, tiga, atau empat bahan makanan. Bahan utamanya sumber kalori. Bahan-bahan lain ditambahkan untuk melengkapi asam amino yang jumlahnya sedikit dalam bahan utama. Bahan-bahan utamapun dapat melengkapi asam amino dalam bahan makanan lain (Mohamad, 1979).
Di Negara-negara berkembang bahan makanan campuran terdiri dari kedelai atau kacang-kacangan sebgai sumber protein, sedangkan beras atau serealia lain merupakan sumber energy. Selain itu umbi-umbian seperti ubi kayu, bi jalar dapat dijadikan sumber energy ( Hermana dkk, 1977).
Dalam menyusun BMC, semakin banyak bahan makanan yang digunakan akan semakin baik nilai gizinya. Jenis BMC yang dapat disusun menurut Jelliffe (1967) dapat dilihat pada Tabel 2.


Bahan Makanan Campuran (BMC) terbuat dari bahan kacang-kacangan dan tepung tempe yang diformulasikan sehingga memenuhi kecukupan nilai kalori dan gizi. Tempe merupakan hasil fermentasi kedele dan sudah sangat dikenal dengan keunggulannya baik nilai gizi maupun dari kandungnan bioaktifnya yang bermanfaat untuk kesehatan. Kegunaannya yaitu sebagai bahan makanan campuran untuk membuat berbagai kue basah dan kering. Keuntungan teknis/ekonomis yaitu tahan lama, daya cerna protein tinggi, cocok untuk anak-anak dan manula, dan bergizi tinggi dengan kalori tinggi.    
Penelitian Lembaga Gizi ASEAN menyimpulkan, tempe dapat digunakan dalam pembuatan bahan makanan campuran untuk menanggulangi masalah kekurangan kalori, protein, dan penyakit diare pada anak balita. Sepotong tempe goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 g nasi. Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe, dalam perbandingan 7:3, sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita.
Program pangan UPT BPPTK LIPI merupakan lanjutan kegiatan pengembangan yang telah dilaksanakan oleh ex UPT BBOK LIPI dan mengimplementasikan hasil kegiatan penelitian Pusat Penelitian Kimia LIPI. Salah satunya yaitu menyempurnakan bentuk produk akhir makanan untuk perbaikan gizi anak usia sekolah dengan komponen utama tepung tempe. Bentuk produk yang telah diluncurkan adalah kue kudapan.

Produk
Tepung BMC Tempe

  

 Tepung BMC Tempe merupakan tepung campuran dari tepung tempe dan bahan lokal lainnya (tepung beras, tepung kacang hijau dll). Tepung BMC Tempe ini dapat dibuat menjadi produk makanan (kudapan) yang dapat digunakan dalam Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi anak usia sekolah maupun balita. Kudapan yang dibuat dari BMC Tempe, dinyatakan telah memiliki nilai gizi sesuai dengan persyaratan program PMT-AS (Inpres No.1 Tahun 1997 ayat III) yaitu mengandung 300 Kal dan 5 g protein. Produk BMC Tempe ini telah digunakan untuk memperbaiki keadaan gizi anak sekolah maupun balita. Kandungan zat gizi dalam 100 g Tepung BMC Tempe yaitu energi 375 Kal, protein 16%, lemak 2,5%, karbohidrat 71,7%, vitamin B1, B2, B12, zat besi, kalsium, dan kalium.
Tepung tempe memiliki kandungan protein yang sangat tinggi. Dalam 100 gram  tepung tempe terkandung 46,1 gram protein.
Bahannya, 250 gram margarin, 45 gram cokelat bubuk, 325 gram gula pasir halus , 50 gram tepung terigu, 50 gram  tepung tempe, 200 gram singkong, 4 butir telur ayam, garam, vanili, dan baking powder secukupnya. 
Cara membuat “Brownies Tempe”, siapkan gula dalam wadah.  Panaskan margarin, tuangkan margarin yang masih panas ke dalam gula kemudian kocok hingga rata. Lalu tambahkan telur ayam satu per satu, dan dikocok lagi hingga rata dan naik. Masukkan tepung terigu, tepung tempe, cokelat bubuk, baking powder, vanili dan garam, lalu diaduk hingga rata. Kemudian tambahkan setengah bagian singkong parut kasar ke dalam adonan dan aduk hingga rata. Tuangkan adonan ke dalam loyang ukuran 25 x 25 cm, taburi dengan sisa singkong parut. Terakhir masukan ke dalam panci kukus, dan kukus 35 menit.
Nilai Gizi untuk satu  resep; energi 4664 kalori, protein 86,3 gram, lemak 264 gram, karbohidrat 519 gram. Satu  resep tadi dapat menghasilkan 16 potong kue. Nilai  gizi per satu potong, energi 291 kalori, protein 5,4 gram, lemak 16,5 gram, karbohidrat 32,44 gram.

Daftar Pustaka:
  • ·         Muchtadi, Deddy. Nutrifikasi Pangan.Program Studi Ilmu Pangan Program Pasca Sarjana IPB.1993
  • ·         Suharti.Optimasi Penyusunan Formula Bahan Makanan Campuran (BMC) Untuk Anak Balita dengan Bahan Dasar Tepung Ubi Kayu.Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.IPB.1991
  • ·         http://bpptk.lipi.go.id/bpptk2/index.php?option=com_content&view=article&id=59&Itemid=67
·          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar